Berikut
diantara penyimpangan- penyimpangan Albani yang dicatat para ulama:
Menyerupakan
Allah dengan makhluk-Nya sebagaimana dia sebutkan dalam kitabnya berjudul Almukhtasar
al Uluww hal. 7, 156, 285
Mengkafirkan
orang- orang yang bertawassul dan beristighatsah dengan para nabi dan orang-orang
soleh seperti
dalam kitabnya “at- Tawassul” .
dalam kitabnya “at- Tawassul” .
Menyerukan
untuk menghancurkan Kubah hijau di atas makam
Nabi SAW (Qubbah al Khadlra’) dan menyuruh memindahkan
makam Nabi SAW ke luar masjid sebagaimana ditulis dalam kitabnya “Tahdzir as-Sajid” hal. 68-69,
Mengharamkan
penggunaan tasbih dalam berdzikir sebagaimana dia tulis dalam kitabnya “Salsalatul Ahadits Al-
Dlo’ifah” hadits no: 83.
Dlo’ifah” hadits no: 83.
Mengharamkan
ucapan salam kepada Rasulullah ketika shalat dg kalimat “Melarang Assalamu ‘alayka ayyuhan-
Nabiyy”. Dia berkata: Katakan “Assalamualan Nabiyy” alasannya karena Nabi telah meninggal, sebagaimana
ia sebutkan dalam kitabnya yang berjudul “Sifat shalat an-Nabi”.
Nabiyy”. Dia berkata: Katakan “Assalamualan Nabiyy” alasannya karena Nabi telah meninggal, sebagaimana
ia sebutkan dalam kitabnya yang berjudul “Sifat shalat an-Nabi”.
Memaksa
umat Islam di Palestina untuk menyerahkan Palestina kepada orang Yahudi sebagaimana
dalam kitabnya “Fatawa al Albani”. Dalam kitab yang
sama dia juga mengharamkan Umat Islam mengunjungi sesamanya dan berziarah kepada orang yang telah meninggal di makamnya.
Mengharamkan
bagi seorang perempuan untuk memakai kalung emas sebagaimana dia tulis dalam
kitabnya “Adaab
az-Zafaaf “,
az-Zafaaf “,
Mengharamkan umat Islam melaksanakan solat tarawih
dua puluh raka’at di bulan Ramadan sebagaimana ia katakan dalam
kitabnya “Qiyam Ramadhan” hal.22.
Mengharamkan
umat Islam melakukan shalat sunnah qabliyah jum’at sebagaimana
disebutkan dalam kitabnya yang
berjudul “al Ajwibah an- Nafiah”.
berjudul “al Ajwibah an- Nafiah”.
Ini adalah sebagian
kecil dari sekian banyak kesesatannya, dan Alhamdulillah para Ulama dan para
ahli hadits tidak tinggal diam. Mereka telah menjelaskan dan menjawab tuntas penyimpangan-penyimpangan
Albani. Diantara mereka adalah: Muhaddits besar India, Habibur Rahman al-’Adhzmi yang menulis “Albani Syudzudzuhu
wa Akhtha-uhu” (Albani, penyimpangan dan kesalahannya) dalam 4
jilid; Dahhan Abu Salman yang menulis “al-Wahmu wath-Thakhlith
‘indal- Albani fil Bai’ bit Taqshit” (Keraguan dan kekeliruan Albani dalam jual beli secara
angsuran); Muhaddits besar Maghribi, Syaikh Abdullah bin Muhammad bin as-Siddiq al-Ghumari yang menulis “Irgham al-Mubtadi` ‘al ghabi bi jawazit tawassul bin Nabi fil radd ‘ala al-Albani al-Wabi”; “al-Qawl al-Muqni` fil radd ‘ala al-Albani al-Mubtadi`”; “Itqaan as- Sun`a fi Tahqiq ma’na al-bid`a”; Muhaddits Maghribi, Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin Muhammad bin as-Siddiq al-Ghumari yang menulis “Bayan Nakth an-Nakith al-Mu’tadi”; Ulama Yaman, ‘Ali bin Muhammad bin Yahya al-’Alawi yang menulis “Hidayatul- Mutakhabbitin Naqd Muhammad Nasir al-Din”; Muhaddits besar Syria, Syaikh ‘Abdul Fattah Abu Ghuddah yang menulis “Radd ‘ala Abatil wal iftira’at Nasir al-Albani wa shahibihi sabiqan Zuhayr al-Syawish wa mu’azirihima” (Penolakan terhadap kebatilan dan pemalsuan Nasir al-Albani dan sahabatnya Zuhayr al-Syawish serta pendukung keduanya); Muhaddits Syria, Syaikh Muhammad ‘Awwama yang menulis “Adab al- Ikhtilaf” dan “Atsar al- hadits asy-syarif fi ikhtilaf al-a-immat al- fuqaha”; Muhaddits Mesir, Syaikh Mahmud Sa`id Mamduh yang menulis “Tanbih al- Muslim ila Ta`addi al- Albani ‘ala Shahih Muslim” (Peringatan kepada Muslimin terkait serangan al-Albani ke atas Shahih Muslim) dan “at-Ta’rif bil awham man farraqa as-Sunan ila shohih wad- dho`if” (Penjelasan terhadap kekeliruan orang yang memisahkan
kitab-kitab sunan kepada shohih dan dho`if); Muhaddits Arab Saudi, Syaikh Ismail bin Muhammad al-Ansari yang menulis “Ta`aqqubaat ‘ala silsilat al-ahadits adh- dha`ifa wal maudhu`a lil-Albani” (Kritikan atas buku al-Albani “Silsilat al-ahadits adh-dha`ifa wal maudhu`a”); “Tashih Sholat at-Tarawih ‘Isyriina rak`ataan war radd ‘ala al-Albani fi tadh`ifih” (Kesahihan tarawih 20 rakaat dan penolakan terhadap al-Albani yang mendhaifkannya); “Naqd
ta’liqat al-Albani ‘ala Syarh at- Tahawi” (Sanggahan terhadap al-Albani atas ta’liqatnya pada Syarah at-Tahawi”; Ulama Syria, Syaikh Badruddin Hasan Diaab yang menulis “Anwar al- Masabih ‘ala dhzulumatil Albani fi shalatit
Tarawih”. Saran kami. Hendaknya seluruh umat Islam tidak gegabah menyikapi hadis pada buku-buku yang banyak beredar saat ini, terutama jika di buku itu terdapat pendapat yang merujuk kepada Albani dan kroni-kroninya.
angsuran); Muhaddits besar Maghribi, Syaikh Abdullah bin Muhammad bin as-Siddiq al-Ghumari yang menulis “Irgham al-Mubtadi` ‘al ghabi bi jawazit tawassul bin Nabi fil radd ‘ala al-Albani al-Wabi”; “al-Qawl al-Muqni` fil radd ‘ala al-Albani al-Mubtadi`”; “Itqaan as- Sun`a fi Tahqiq ma’na al-bid`a”; Muhaddits Maghribi, Syaikh ‘Abdul ‘Aziz bin Muhammad bin as-Siddiq al-Ghumari yang menulis “Bayan Nakth an-Nakith al-Mu’tadi”; Ulama Yaman, ‘Ali bin Muhammad bin Yahya al-’Alawi yang menulis “Hidayatul- Mutakhabbitin Naqd Muhammad Nasir al-Din”; Muhaddits besar Syria, Syaikh ‘Abdul Fattah Abu Ghuddah yang menulis “Radd ‘ala Abatil wal iftira’at Nasir al-Albani wa shahibihi sabiqan Zuhayr al-Syawish wa mu’azirihima” (Penolakan terhadap kebatilan dan pemalsuan Nasir al-Albani dan sahabatnya Zuhayr al-Syawish serta pendukung keduanya); Muhaddits Syria, Syaikh Muhammad ‘Awwama yang menulis “Adab al- Ikhtilaf” dan “Atsar al- hadits asy-syarif fi ikhtilaf al-a-immat al- fuqaha”; Muhaddits Mesir, Syaikh Mahmud Sa`id Mamduh yang menulis “Tanbih al- Muslim ila Ta`addi al- Albani ‘ala Shahih Muslim” (Peringatan kepada Muslimin terkait serangan al-Albani ke atas Shahih Muslim) dan “at-Ta’rif bil awham man farraqa as-Sunan ila shohih wad- dho`if” (Penjelasan terhadap kekeliruan orang yang memisahkan
kitab-kitab sunan kepada shohih dan dho`if); Muhaddits Arab Saudi, Syaikh Ismail bin Muhammad al-Ansari yang menulis “Ta`aqqubaat ‘ala silsilat al-ahadits adh- dha`ifa wal maudhu`a lil-Albani” (Kritikan atas buku al-Albani “Silsilat al-ahadits adh-dha`ifa wal maudhu`a”); “Tashih Sholat at-Tarawih ‘Isyriina rak`ataan war radd ‘ala al-Albani fi tadh`ifih” (Kesahihan tarawih 20 rakaat dan penolakan terhadap al-Albani yang mendhaifkannya); “Naqd
ta’liqat al-Albani ‘ala Syarh at- Tahawi” (Sanggahan terhadap al-Albani atas ta’liqatnya pada Syarah at-Tahawi”; Ulama Syria, Syaikh Badruddin Hasan Diaab yang menulis “Anwar al- Masabih ‘ala dhzulumatil Albani fi shalatit
Tarawih”. Saran kami. Hendaknya seluruh umat Islam tidak gegabah menyikapi hadis pada buku-buku yang banyak beredar saat ini, terutama jika di buku itu terdapat pendapat yang merujuk kepada Albani dan kroni-kroninya.
Oleh : Muhammad
El-qorutie
Kaum Sarungan, 30 Juli 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar