Rabu, 29 Mei 2013

Bagaimana sholawatnya Allah SWT kepada Rosulullah SAW

Pertanyaan Oleh : Raden Mas Aria Penangsang

Asalamualaikum Warahmahtullahi Wabarokatuhu Wamagfirotuhu Waridlnuhu...Guru~guru Ks...Saya Mohon Pencerahanya Tentang Kaauo Umat Rosulullah bersholawat untuk Nabi~Nya.. Yang Kita Tau Umatnya Bersholawat Berbunyi^Allahuma Sholi A`la Sayyidina Muhammad_
Pertanyan Saya Bagaimana Bunyi Sholawatnya Allah Ta'ala..Saya Mohon Pencerahan Dari Guru2 KS...Terima Kasih Sebelum N Sesudahnya.

Jawab :

Allah SWT berfirman : “Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bersholawat untuk
nabi. Hai orang-orang yang beriman, bersholawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.” (QS. Al Ahzab : 56)
Imam al-Bukhari menyatakan di dalam Shahih-nya pada bagian al-Tafsir, bahwa menurut Abu al-‘Aliyah, maksud shalawat dari Allah itu adalah sanjungan Allah terhadap Nabi Muhammad saw di hadapan para malaikat-Nya. Sedangkan shalawat malaikat itu adalah doa.
Dalam sarah/komentarnya atas tafsir Jalalayn tentang Surat al-Ahzâb ayat 56, al-‘Arif al-Shawi menyatakan bahwa di dalam ayat tersebut tersirat satu dalil yang amat besar bahwa Rasulullah saw adalah tempat curahan rahmat dan makhluk yang paling utama secara mutlak. Qadi ‘Iyadh berkata,
“Seluruh ulama telah sepakat, bahwa ayat ini menunjukkan pengagungan dan pujian terhadap Nabi saw yang tidak terdapat pada selain beliau.”
Al-Hafizh al-Sakhawi berkata, Ayat itu memakai sighat mudhari’ (bentuk kini dan akan datang) yang menunjukkan sesuatu yang berkesinambungan dan terus-menerus, untuk menunjukkan bahwa Allah Swt dan seluruh malaikat-Nya selalu dan selamanya bershalawat kepada Nabi saw. Fakhr al-Razi menjelaskan falsafah shalawat sebagai berikut:
Jika dikatakan bahwa, apabila Allah Swt dan para malaikat-Nya telah memberikan sha-lawat kepada Nabi saw, lalu apa perlunya lagi kita bershalawat? Kami mengatakan: “Shalawat atas Nabi itu bukan
karena beliau membutuhkannya, bah-kan shalawat para mala-ikat pun tidak dibutuh-kannya setelah
adanya shalawat dari Allah kepadanya itu. Namun, semua itu adalah untuk menampakkan kebesaran Nabi saw, sebagaimana Allah telah mewajibkan atas kita berzikir menyebut nama-Nya, padahal pasti Dia tidak membutuhkan semua itu. Namun semua itu adalah untuk menampakkan kebesaran-Nya dan sebagai belas kasiHan kepada kita supaya dengan adanya zikir itu, Dia memberi kita pahala.


sesungguhnya bukan Rosulullah saja yg mendapat sholawat dari Allah, kita juga bisa mendapat sholawat dari Allah. Dari Anas bin malik radhiallahu ‘anhu, beliau berkata bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Barangsiapa yang mengucapkan shalawat kepadaku satu kali maka Allah akan bershalawat baginya sepuluh kali, dan digugurkan sepuluh kesalahan (dosa)nya, serta ditinggikan baginya sepuluh derajat/tingkatan (di surge kelak)”[SHAHIH. Hadits Riwayat An-Nasa’i (no. 1297), Ahmad (3/102 dan 261), Ibnu Hibban (no. 904) dan al-Hakim (no. 2018), dishahihkan oleh Ibnu Hibban rahimahullah, al-Hakim rahimahullah dan disepakati oleh adz-Dzahabi, rahimahullah juga
oleh Ibnu hajar rahimahullah dalam “Fathul Baari” (11/167)
dari sini diketahui bahwa Allah akan bersholawat kepada kita Kalau kita bersholawat kepada Rosulullah, bahkan sepuluh kali lipat dari sholawat yang kita baca untuk Rosulullah.

Ibnu Hajar berkata dalam kitabnya ‘Al-Jauhar Al Munadzam’, Al Ghazali r.a. ditanya tentang pengertuan bahwa sholawat kita yakni Allah akan memberikan sepuluh dan seratus sholawat kepada orang mengucapkan satu sholawat kepadanya, juga tentang pengertian Rasulullah akan memintakan do’a kepada Allah SWT bagi umatnya yang mengucapkan sholawat kepadanya, apakah Rasulullah merasa puas dengan sholawat tersebut ? Lantas al Ghazali menjawab dengan beberapa
tambahan, arti sholawat Allah kepada Rasul-Nya dan pada orang-orang yag mengucapkan sholawat
kepadanya adalah limpahan beragam kemuliaan dan kelembutan ni’mat serta karunia dan kemuliaan yang sempurnya kepada Nabi Muhammad SAW, sesuai dengan kepatutannya dan kepantasan mereka.

Adapun sholawat kita dan sholawat para malaikat adalah permintaan dan permohonan kesempurnaan
tersebut dan keinginan untuk mencurahkan kesempurnaan itu kepadanya. Adapun permohonan Rasulullah atas sholawat dari umatnya disebabkan tiga hal :

Pertama, sesungguhnya doa itu berpengaruh terhadap dicurahkannya karunia dan kenikmatan Allah SWT, apalagi jika dilakukan di tengah-tengah orang banyak, sebab hasrat yang tinggi jika telah berkumpul dengan kondisi yang kosong dari jiwa dan hawa nafsu akan bersatu dengan ruhani para malaikat di kelompok paling bawah sebab diantara keduanya terdapat kesesuian yang timbul dari pengosongan kekeruhan syahwat. Karena itulah doa yang dilantukan oleh khalayak ramai tidak pernah salah, makanya sholat istiqa’ dituntut agar dikerjakan oleh khalayak ramai.

Kedua, rasa puas Rasulullah SAW dengan sholawatt tersebut, sebagaimana beliau bersabda :
“Sesungguhnya aku membanggakan kalian di hadapan umat yang lain.”

Ketiga, rasa sayang Rasulullah SAW kepada umatnya dengan menganjurkan mereka untuk senantiasa mendekatkan diri kepada Allah bahkan dengan beragam cara bertaqarub kepada Allah SWT yang dikumpulkannya dalam sholawat kepadanya, seperti memperbahurui keimanan kepada Allah SWT, kepada Rasul-Nya, menagungkan-Nya Shalawat juga berarti doa, baik untuk diri sendiri, orang banyak
atau kepentingan bersama. Sedangkan shalawat sebagai ibadah ialah pernyataan hamba atas ketundukannya kepada Allah Swt., serta mengharapkan pahala dari- Nya, sebagaimana yang dijanjikan
Nabi Muhammad Saw., bahwa orang yang bershalawat kepadanya akan mendapat pahala yang besar,
baik shalawat itu dalam bentuk tulisan maupun lisan (ucapan).

Berkata Al-Faqîh Ibn Hajar Al-Haitamî dalam Al-Zawâjir: “Tidak bershalawat kepada Nabi Muhammad Saw. ketika orang menyebut namanya, adalah merupakan dosa besar yang keenampuluh.”

Rasulullah bersabda : “Apakah tidak lebih baik saya khabarkan kepadamu tentang orang yang
dipandang sebagai manusia yang sekikir-kikirnya? Menjawab sahabat : Baik benar, ya Rasulullah.
Maka Nabi-pun bersabda : Orang yang disebut namaku dihadapannya, maka ia tidak bershalawat kepadaku, itulah manusia yang sekikir-kikirnya.” (HR. Al-Turmudzû dari ‘Ali).

Rasulullah bersabda : “Kaum mana saja yang duduk dalam suatu majelis dan melamakan duduknya dalam majelis itu, kemudian mereka bubar dengan tidak menyebut nama Allah dan tidak bershalawat kepada Nabi, niscaya mereka menghadapi kekurangan dari Allah. Jika Allah menghendaki, Allah akan mengadzab mereka dan jika Allah menghendaki, Allah akan memberi ampunan kepada mereka. ” (HR Al-Turmudzî).
(Solihin Gubes)


Kaum Sarungan, 23 September 2012

SIFAT WAJIB ALLAH (WUJUD)


بسم الله الرحمن الرحيم

WUJUD

Awaluddin Ma'rifatulloh (Permulaan agama adalah mengenal Alloh)

Sahabat...Apabila seseorang tidak mengenal Alloh, Maka segala amal bakti/ibadahnya tidak akan sampai kepada Alloh Ta'aala dan Akan sia2 segala amalan perbuatannya. Apabila sudah mengenal Alloh maka segala Amal perbuatannya, ibadahnya akan sampai kepada Alloh Ta'aala.

Oleh karena itu mengenal Alloh (ma'rifatulloh) adalah suatu perkara yang sangat penting, Jika seseorang tidak mengenal Alloh maka segala perkara ibadahnya menjadi bimbang (Ya/tidak), dan jika ia menjadi bimbang maka ia tidak akan sampai kepada-Nya.
Mengapa demikian...Karena seseorang tidak akan mengenal Alloh melalui Dzat-Nya, karena membayangkan Dzat-Nya adalah suatu perkara yang diluar batas kesanggupan akal, Jadi mengenal Alloh dengan cara mengenal akan sifat-sifat-Nya.

Dan sifat-sifat-Nya juga dapat diketahui dengan melalui dalil Aqli dan Naqli, Dalil Aqli yaitu suatu yang bersumber dari Akal dan Dalil Naqli yaitu dalil yang bersumber dari Al-Qur'an dan Assunnah, Tanpa kedua dalil itu sesorang tak akan bisa mengetahui sifat2 Alloh 



Sifat-sifat Wajib Alloh Ta'aala :

- Sifat Wajib 20 : Sifat2 kesempurnaan yang dimilki Alloh
- Sifat Mustahil 20 : Sifat2 yang mustahil bagi Alloh
- Sifat Jaiz/ Mubah : Sifat yang bebas bagi Alloh, Jumlahnya Hanya 1 yaitu Alloh berkehendak berbuat sesuatu atau tidak berkendak atas sesuatu.

WUJUD artinya Ada Maka Mustahil Alloh Tidak Ada.
Sahabat..Tidak mudah tuk membuktikan Alloh itu ada kecuali bagi orang2 yang beriman, Memang kita tidak dapat melihat wujud Alloh secara langsung tetapi dengan menggunakan Akal sehat kita dapat menyaksikan ciptaan-Nya, Yaitu seluruh alam semesta ini. (Maka pikirkanlah ciptaan-Nya (makluk-Nya) bukan memikirkan yang menciptakan-Nya (Kholiq) ).

WUJUD artinya ADA maka yang ada itu adalah Dzat Alloh Ta'aala lawanannya adalah Mustahil Alloh Tidak Ada, Karena jikalau Alloh itu tidak ada, maka tidaklah ada perubahan pada Alam semesta ini, karena Alam semesta ini menjadi statis (tak ada masa, waktu, pergerakan dll.) dan Tak akan bisa akal sehat ini menerima itu semua.
Oleh karena itu jika alam ini berbuat sendirinya (tidak ada yang menjadikan dan tidak ada yang mengatur) maka dipastikan tidak akan terjadi keseimbangan, karena semuanya terjadi menurut kemauannya sendiri.

Contohnya :
Jika putaran matahari, putaran bumi, dan bulan dan lain2nya yang ada di alam semesta ini menurut kemauan sendiri, pastilah berat sebelah pada salah satunya, Sekarang ini alam semesta ini telah nyata adanya sebagaimana yang kita lihat dan sangat teratur tersusun dengan segala pekerjaannya masing2, maka menrimalah Akal kita bahwa wajib ADAnya Tuhan yaitu Alloh dan Mustahil tidak ada.

Klo sudah begini maka sesuailah dengan Dalil Naqli yang Dia-lah yang mengadakan segala sesuatu dan Dia-lah pula yang menciptakan semesta alam, Sebagaimana dalam Firman-Nya :
Alloh adalah pencipta (Menjadikan) segala sesuatu dan Dia-lah Tuhan yang Maha Esa lagi Maha Perkasa (Surat : Arra'd 13 ; 16)

Alloh-lah yang menciptakan langit dan Bumi dan apa yang ada diantara keduanya dalam enam masa, Kemudian Dia Bersemayam diatas Arsy, Tidak ada bagi kamu selain daripada-Nya seorang penolongpun dan tidak (pula) seorang pemberi syafa'at, maka apakah kamu tidak memperhatikan??? (Surat : Assajadah 32 : 34 )

Para ulama sepakat bahwa kata Bersemayam itu berkuasa, karena sesungguhnya semua yang disandarkan kepada Alloh Ta'aala tidak menyerupai semua yang disandarkan dengan makluk-Nya. Allah Tanpa Tempat dan Arah

Allah ta’ala berfirman: “Dia (Allah) tidak menyerupai sesuatupun dari makhluk-Nya (baik dari satu segi maupun semua segi), dan tidak ada sesuatupun yang menyerupai-Nya”. (Q.S. as-Syura: 11)

Ayat ini adalah ayat yang paling jelas dalam al Qur’an yang menjelaskan bahwa Allah sama sekali tidak menyerupai makhluk-Nya. Ulama Ahlussunnah menyatakan bahwa alam (makhluk Allah) terbagi atas dua bagian; yaitu benda dan sifat benda. Kemudian benda terbagi menjadi dua, yaitu benda yang tidak dapat terbagi lagi karena telah mencapai batas terkecil (para ulama menyebutnya dengan al Jawhar al Fard), dan benda yang dapat terbagi menjadi bagian-bagian (jisim).

Benda yang terakhir ini terbagi menjadi dua macam;

1. Benda Lathif: sesuatu yang tidak dapat dipegang oleh tangan, seperti cahaya, kegelapan, ruh, angin dan sebagainya.

2. Benda Katsif: sesuatu yang dapat dipegang oleh tangan seperti manusia, tanah, benda-benda padat dan lain sebagainya.

Adapun sifat-sifat benda adalah seperti bergerak, diam, berubah, bersemayam, berada di tempat dan arah, duduk, turun, naik dan sebagainya. Ayat di atas menjelaskan kepada kita bahwa Allah ta’ala tidak menyerupai makhluk-Nya, bukan merupakan al Jawhar al Fard, juga bukan benda Lathif atau benda Katsif. Dan Dia tidak boleh disifati dengan apapun dari sifat-sifat benda. Ayat tersebut cukup untuk dijadikan sebagai dalil bahwa Allah ada tanpa tempat dan arah. Karena

seandainya Allah mempunyai tempat dan arah, maka akan banyak yang serupa dengan-Nya. Karena dengan demikian berarti ia memiliki dimensi (panjang, lebar dan kedalaman). Sedangkan sesuatu yang demikian, maka ia adalah makhluk yang membutuhkan kepada yang menjadikannya dalam dimensi tersebut.

Rasulullah shallallahu ‘alayhi wasallam bersabda: “Allah ada pada azal (keberadaan tanpa permulaan) dan belum ada sesuatupun selain-Nya”. (H.R. al Bukhari, al Bayhaqi dan Ibn al Jarud). Makna hadits ini bahwa Allah ada pada azal (keberadaan tanpa permulaan), tidak ada sesuatu (selain-Nya) bersama-Nya. Pada azal belum ada angin, cahaya, kegelapan, ‘Arsy, langit, manusia, jin, malaikat, waktu, tempat dan arah. Maka berarti Allah ada sebelum

terciptanya tempat dan arah, maka Ia tidak membutuhkan kepada keduanya dan Ia tidak berubah dari semula, yakni tetap ada tanpa tempat dan arah, karena berubah adalah ciri dari sesuatu yang baru (makhluk). Maaf ane ga maau lebih dalam lagi masalah tentang dalil2 ini Insyaa Alloh Para sahabat suadah paham. hehe3x...

WUJUD adalah sifat nafsiya, karena WUJUD ialah diri Dzat Alloh Ta'aala WUJUD (Ada) itulah diri-Nya Haq Alloh Ta'aala.
Adapun sifat Nafsiyah Adalah Hiya Huwa Wa Laa Hiya Ghoiruhu artinya : Sifat inilah Dzat Haq Alloh Ta'aala bukan yg lain- Nya yakni sifat pada Lafadz Dzat pada Makna.

Maka adapun haqiqot sifat Nafsiyah Ialah Hiyal Halul Wajibatu Lidzzati Maadaamati Adzzatu ghoiru mu'alalati Bi'illati artinya :
Hal yg wajib bagi Dzat slama Dzat itu adanya tiada disebabkan dngan suatu illat (sebab).

jadi Wujud dikatakan sifat nafsiyah karena Wujud menunjukkan sebenar-benar diri Dzat Alloh Ta'aala dan Tidaklah boleh dipisahkan WUJUD Itu dari DZAT.
Adapun WUJUD Itu ada 3 macam :

- WUJUD HAQIQI yaitu DZAT ALLOH TA'AALA wujudnya tiada permulaan dan tiada ksudahan, WUJUD Bersifat Qodim (trdahulu) dan Baqo (kekal) maka inilah yg dsbut Wujud Haqiqi.

- WUJUD 'ARDHI yaitu Dzat Arodhul Wujud artinya Wujudnya ada permulaan dan tiada ksudahan seprti : Surga, Neraka, Arsy, Kursy dll.

- WUJUD MAJAZI Yaitu Dzat sgala Makhluk, Wujudnya ada permulaan dan ada ksudahan, tiada brsifat Qodim dan Baqo, Wujudnya ini juga dinamakan Wujud Majazi krna Wujudnya brsandarkan Qudrot dan Irodatnya Alloh Ta'aala.

Jadi...Nyata dan Benar bahwa WAJIB bagi Dzat Alloh Ta'aala ada-Nya tiada dsebabkan dngn suatu sebab. Menurut pendapat Imam Abu Hasan Al-Asyari Bahwa Al-Wujud 'Ainul Maujud artinya WUJUD itu kenyataan Dzat Maujud, Tidak dsbut Wujud melainkan bagi Dzat.

Dan sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada mereka :
Siapakah yang menciptakan langit dan bumi ?
Tentu mereka akan menjawab :
ALLOH, katakanlah :
Segala puji bagi ALLOH akan tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui.
(Surat Al-lukman 31 : 35)

jadi kesimpulannya adalah :
Kita meng-itiqodkan sesungguhnya Alloh Ta'aala itu Ada dan Sesungguhnya kbradaan Alloh Ta'aala dngan Dzat-Nya sendiri, Tidak ada perantaraan sesuatupun dan sesungguhnya Alloh itu Wajib adanya, tidak mungkin akan menemui ketiadaan-Nya. Wajib bagi mukmin mu'taqid slalu ingat pada Alloh Ta'aala pada tiap2 yang Maujud (berwujud) juga kenyataan ada-Nya.

Wahai Yang Maha Ada...
Wahai Yang Menunjukkan diri-Nya dengan Dzat-Nya, Siapakah yang tidak mengetahui Diri-Mu, Wahai Dzat Yang Karena-Nya segala sesuatu menjadi ada, Wahai Dzat Yang dngan-Nya sgala sesuatu menjadi bukti keberadaan-Nya,...
Ilhamilah...Diriku kecintaan dan Ingatan kepada-Mu, Sehingga Aku senantiasa dalam Dzikir kepada-Mu...
Aamiin Allohumma Aamiin (Sayyiduna Ali Karomallohu Wajhah)

Oleh : Ilham Sandy Firtha
Kaum Sarungan, 25 September 2013