Kitab
Daqa’iq al-Akhbaar fii dzikr al-Jannah wa an-Naar ini adalah karya dari Syaich
al- Imam Abdurrahiim bin Ahmad al-Qadhi Rahimahullaah Ta’aala. Kitab ini sangat
bagus untuk peringatan bagi kita semua sebagai seorang muslim mukmin di dalam memahami
apa arti tujuan hidup di dunia sebenarnya.
Bab
Menerangkan tentang Seruan-seruan Kepada Mayyit [Halaman 37]
Dalam hadits disebutkan, bahwa tatkala ruh berpisah dari badan, ada seruan dari
langit tiga jeritan: “Hai Bani Adam (manusia), apakah kamu meninggalkan dunia
atau dunia meninggalkan kamu?, ataukah kamu mengumpulkan dunia atau dunia mengumpulkanmu?,
ataukah kamu membunuh dunia atau dunia membunuh kamu?”
Dan apabila mayyit diletakkan di atas
tempat mandinya, ada seruan tiga jeritan: “Hai Bani Adam, dimana sekarang badanmu yang
kuat? Alangkah lemahnya kamu. Dimana lidahmu yang fasih? Betapa kamu diam tak mampu
berkata. Dimana kekasih-kekasihmu? Betapa kamu sekarang sendiri kesepian.“ Dan
apabila mayyit
diletakkan di kafan, ada seruan tiga jeritan: “Hai Bani Adam sekarang kamu akan
pergi jauh tanpa bekal, keluar dari rumahmu tak akan kembali, kamu dulu dapat
menaiki kuda/kendaraan dan sekarang kamu tidak dapat menaikinya kembali, kamu akan
bertempat di rumah yang lebih
menakutkan.”
Dan apabila mayyit sudah diletakkan di keranda, ada seruan tiga
jeritan: “Hai Bani Adam, beruntunglah kamu jika sudah bertobat, beruntunglah
kamu jika amalmu baik disertai mendapat keridhoan Allah Ta’ala, dan celakalah kamu
jika disertai murka Allah Ta’ala.”
Jika mayyit diletakkan untuk disholatkan ada seruan tiga jeritan: “Hai Bani
Adam, setiap amal yang kamu kerjakan akan kamu lihat, jika amal itu baik kamu
akan melihat baik, jika amal itu jelek kamu akan melihatnya jelek.”
Dan apabila
jenazah diletakkan di pinggir liang kubur, maka ada tiga jeritan: “Hai Bani Adam, kamu tidak membawa bekal untuk persiapan
membangun bangunan di tempat kehancuran (kubur), dan kamu tidak memanfaatkan kekayaanmu
untuk persiapan kebutuhanmu di dalam kubur, dan kamu tidak membawa nur untuk persiapan
gelapnya alam kubur.”
Apabila mayyit diletakkan di liang lahat, ada seruan tiga jeritan: “Hai Bani
Adam, kamu dulu bisa tertawa diatas bumi dan sekarang kamu akan menangis di
perut bumi. Dahulu kamu bisa bersenang-senang diatas bumi, sekarang kamu akan
bersedih di dalam perut bumi. Dahulu kamu bisa berbicara di atas bumi, sekarang
kamu diam tak dapat bicara.” Apabila manusia sudah berpaling pergi dari mengantar
jenazahnya, maka Allah Ta’ala berfirman: “Hai hamba-Ku,
kamu tertinggal seorang diri, mereka yang mengantarkanmu meninggalkanmu dalam
gelapnya
kubur. Kamu telah durhaka kepada-Ku, karena manusia, karena istri dan anak,
pada hari ini Aku kasihani kamu dengan belas kasih yang semua mahluk akan
heran, Aku lebih kasih dari pada kasihnya ibu terhadap anaknya.”
Bab
Menerangkan Seruan Ruh Sesudah Keluar Dari Jasadnya
Dalam hadits diriwayatkan dari Siti Aisyah Radhiyallahu ‘anhaa, ia berkata:
“Aku duduk bersila di rumah tiba-tiba Rasulullah Shollallaahu ‘alaihi wa sallam
masuk ke rumah dan memberi salam kepadaku, maka aku ingin berdiri untuk
menyambutnya sebagaimana kebiasaanku sewaktu Beliau datang ke rumah. Maka Nabi Shollallaahu ‘alaihi wa sallam berkata: Tetaplah kamu duduk di tempatmu, tidak perlu untuk berdiri Wahai Ummul
Mukminin. Maka Siti Aisyah radhiyallaahu ‘anhaa menceritakan: Maka duduklah
Rasulullah Shollallaahu ‘alaihi wa sallam dan meletakkan kepalanya di atas pangkuanku
dengan tidur terlentang.
Lalu aku mencari satu uban yang ada di janggut beliau ternyata dalam janggutnya
ada 19 rambut yang putih. Maka aku berpikir perkiraan nanti apa yang terjadi
pada beliau bila meninggal dunia sebelum aku, sedangkan ummat manusia hidup tanpa
Nabi Shollallaahu ‘alaihi wa sallam, lalu aku menangis sampai air mataku
mengalir di pipiku dan menetes ke wajah Nabi Shollallaahu ‘alaihi wa sallam,
sehingga beliau terbangun dari tidurnya. Maka Nabi Shollallaahu ‘alaihi wa
sallam berkata: Wahai Ummul Mukminin, hal apa yang menjadikan kamu menangis?
Maka aku ceritakan kepada beliau apa yang terbayang dalam hatiku. Kemudian Nabi
Shollallaahu ‘alaihi wa sallam berkata: Hal apa yang paling hebat dihadapi
mayyit? Aisyah berkata: Ceritakan wahai Rasulullah. Maka Nabi Shollallaahu
‘alaihi wa sallam mengatakan: Katakan Aisyah apa yang kamu ketahui tentang itu.
Aku katakana pada Beliau: Tidak terjadi keadaan yang lebih hebat terhadap si
mayyit waktu dia keluar dari rumahnya, semua anaknya bersedih di belakangnya
sambil berkata: aduh bapak, aduh ibu. Dan kalau yang meninggal adalah anaknya
ia mengucapkan aduh anakku. Nabi Shollallaahu ‘alaihi wa sallam mengatakan ini
sudah dahsyat, maka adakah yang lebih dahsyat dari itu. Kata Aisyah radhiyallahu
‘anhaa: Ada yang lebih dahsyat terjadi kepada mayyit ketika diletakkan di liang
lahat dan tanah diurugkan ke dalamnya. Lalu semua kerabat, anak-anak dan
orang-orang yang dicintainya pulang. Serta menyerahkan kepada Allah terhadap
apa yang diperbuat di masa hidupnya, sehingga datanglah malaikat Munkar dan
Nakir ke kuburnya. Maka Nabi Shollallaahu ‘alaihi wa sallam berkata pada
Aisyah: Apa ada yang lebih dahsyat dari itu? Siti Aisyah menjawab: Hal itu yang
lebih tahu Allah dan Rasul-Nya. Nabi mengatakan: Hai Aisyah, sesungguhnya
keadaan yang lebih dahsyat terhadap mayyit yaitu ketika orang yang memandikan
masuk ke rumahnya untuk memandikannya lalu dia lepaskan cincin dari jarinya
yang pernah dipakai di masa mudanya, dan menanggalkan dari badannya baju yang pernah dipakai waktu pengantinnya, dan
mencabut sorban dari kepala sewaktu menjadi ulama’ yang terpandang, disaat
itulah ruh
bersuara menyeru ketika melihat dirinya terlepas dari pakaian, suara itu didengar
oleh semua mahluk kecuali jin dan manusia, yang mengatakan: Wahai orang yang
memandikan, aku memohon kepadamu, demi Allah hendaklah melepaskan bajuku dengan
pelan-pelan karena saat ini aku baru lapang dari sakitnya cabutan ruh oleh
malaikat maut.
Dan apabila dituangkan air ke badannya, si mayyit berteriak
mengatakan: Wahai orang yang memandikan, Demi Allah jangan tuangkan air dalam
keadaan panas dan jangan tuangkan airmu dalam keadaan panas dan dingin (hangat)
, sesungguhnya jasadku terasa terbakar dari sebab tercabutnya ruh. Maka apabila mereka mulai untuk memandikan, ruh berkata: Demi Allah, jangan kamu
tekan badanku dengan kuat-kuat. Sesungguhnya jasadku terluka disebabkan
keluarnya ruh. Jika sudah selesai dimandikan dan di letakkan dalam kafannya,
diikat kedua telapak kakinya, ruh menyeru: Demi
Allah, wahai orang yang memandikan, jangan kau ikat kafan bagian kepalaku sampai
aku melihat wajah keluargaku, anak-anakku , kerabat-kerabatku, sesungguhnya ini
akhir untuk melihat mereka. Maka hari ini aku berpisah dengan mereka dan tidak
akan melihatnya sampai hari kiamat.
Apabila mayyit sudah dikeluarkan dari rumah,
dia menyeru: Demi Allah, wahai kelompok jama’ahku aku tinggalkan istri dalam
keadaan janda, janganlah kalian mengganggunya, aku tinggalkan anakku dalam
keadaan yatim, jangan kalian menyakitinya, maka sesungguhnya hari ini aku keluar dari rumah, tidak akan kembali kepada
mereka selama-lamanya .
Apabila si mayyit di letakkan di keranda (bandoso) ia
mengucapkan: Wahai kelompok jama’ahku , jangan tergesa-gesa membawa aku, sampai
aku mendengar suara keluargaku, anak-anakku dan kerabatku, maka sesungguhnya hari ini aku berpisah dengan
mereka sampai hari kiamat.
Apabila si mayyit sudah dipikul diatas keranda dan
melangkah 3 langkah, si mayyit menyeru dengan suara yang di dengar semua mahluk
kecuali jin dan manusia, dan ruh mengucapkan: Wahai kekasihku,
saudara-saudaraku dan anak-anakku , janganlah kalian tertipu oleh dunia
sebagaimana diriku ini. Jangan kalian dipermainkan oleh zaman atau keadaan
sebagaimana diriku ini. Jadikanlah pelajaran dengan peristiwa diriku ini
sesungguhnya apa yang aku kumpulkan dari harta jatuh kepada pewarisku,
sedangkan mereka tidak dapat menanggung sedikitpun dari kesalahanku. Sedang
harta dunia yang aku peroleh akan dihisab oleh Allah Ta’ala. Dan kalian semua bersenang-senang
menikmati dunia itu, kemudian kalian tidak mendo’akan aku. Apabila mereka telah
mensholatkan jenazah itu, dan sebagian keluarga dan teman-temannya pulang dari
mushollah/masjid ia berkata: Demi Allah, wahai saudara-saudaraku sesungguhnya aku
tahu orang yang mati akan dilalaikan oleh orang-orang yang hidup. Tetapi kalian
jangan melupakan aku secepat ini, sebelum kalian menguburkan sampai melihat tempatku.
Wahai saudara-saudaraku sesungguhnya aku tahu, bahwa wajah mayyit itu lebih
dingin daripada air yang dingin di hati orang-orang yang hidup. Tetapi kalian
jangan pulang secepat ini. Maka apabila mereka meletakkan mayyit ke dalam
kuburnya, si mayyit berkata: Demi Allah, wahai jamaah dan saudara-saudaraku aku
mendoakan kalian semua dan kamu tidak mendoakan aku. Apabila mereka sudah
meletakkan mayit di liang lahatnya, dia berkata: Demi Allah, hai pewarisku, apa
yang aku kumpulkan dari harta dunia yang banyak ini, aku tinggalkan untuk kamu,
maka ingatkanlah kepadaku dengan memperbanyak kebaikanmu, aku telah mengajarkan
al- Quran dan sopan-santun , maka kalian jangan lupa padaku dari do’amu .
Bab
Menerangkan Tentang Ruh Yang Mendatangi Kubur Dan Rumahnya
Nabi Shollallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Apabil ruh keluar dari badan
Bani Adam, dan lewat tiga hari (dari kematiannya) ruh berkata: Ya Tuhanku,
ijinkan aku supaya berjalan dan melihat jasadku yang aku pernah berada di
dalamnya. Maka Allah memberi izin kepadanya, maka datang ruh ke kuburnya dan
melihat jasadnya dari jauh, sedang dari dua lobang hidung dan mulut mengalir darah,
maka ia menangis dengan tangisan yang lama, kemudian ia berkata: Wahai jasad
yang miskin, hai kekasihku, apakah kamu ingat masa hari-hari hidupmu, ini adalah
rumah/tempat yang sepi, tempat bala’, prihatin, susah, dan penyesalan.
Kemudian ruh itu pergi.
Jika setelah berlalu lima hari dari kematiannya, ruh
berkata: Hai Tuhanku, izinkan aku sehingga dapat melihat jasadku. Maka Allah
mengizinkannya. Maka ruh datang ke ke kuburnya dan melihat dari jauh, sedangkan dari lubang hidungnya,
lubang mulutnya, dan lubang telinganya mengalir air dan nanah, maka ia menangis
sambil berkata: Hai jasad yang miskin, apakah kamu ingat hari-hari hidupmu, ini
adalah rumah/tempat kesedihan, kesusahan, cobaan, tempat cacing dan kalajengking. Sungguh benar cacing telah
memakanmu sehingga terkoyak kulit dan organ tubuhmu.
Kemudian apabila berlalu tujuh hari kematiannya, maka ruh berkata: Ya Tuhanku,
izinkan aku dapat melihat jasadku. Maka Allah mengizinkannya. Dan ia datang ke
kuburnya melihat dari jauh, sedangkan banyak cacing berjatuhan dari jasadnya.
Maka ia menangis dengan tangisan yang keras, maka mengucapkan: Hai jasadku,
apakah kamu masih ingat hari-hari masa hidupmu, dimana anak-anakmu, dimana
kerabatmu, dimana auratmu, dimana saudaramu, dimana teman-temanmu, dimana teman-teman dekatmu, dimana tetanggamu yang mereka
senang bertetangga denganmu, hari ini mereka menangisi jasadku dan ruhku.”
Diriwayatkan oleh Shahabat Abu Hurairah radhiyallah ‘anhu tatkala mati seorang
mukmin ruhnyaberkeliling / berputar disekitar rumahnya selama sebulan, ia
melihat apa yang ditinggal dari hartanya, bagaimana dibagi warisannya, bagaimana
dibayarkan hutang-hutangnya.
Tatkala sudah sempurna sebulan, maka ruhnya di
kembalikan ke lubangnya, sesudah sebulan sehingga terjadi hal ini sampai sempurna
setahun. Maka si mayyit melihat siapa yang mendoakan, siapa
yang merasa sedih terhadap dirinya, apabila sudah sempurna satu tahun, ruhnya
diangkat menuju di mana semua ruh berkumpul sampai hari kiamat.
Oleh : Solihin Gubes
Kaum Sarungan, 25 Januari 2012