Rabu, 30 Januari 2013

Yang Mati Lebih Tajam Pendengarannya Daripada Yang Hidup


Dari penjelasan di dalam kitab Tafsir Ahkam, Imam Al Qurtubi menguraikan bahwa ayat “Fainnaka laa tusmi’ul mautaa…” (maka sesungguhnya kamu tidak akan sanggup menjadikan orang-orang yang mati itu dapat mendengar….” adalah berkaitan dengan peristiwa pertanyaan sahabat Umar bin Khattab
saat Rasulullahsaw memanggil tiga orang pemimpin kafir Quraisy dalam perang Badar yang telah meninggal beberapa hari. .
Saat itu Rasulullah SAW ditanya oleh Umar bin Khattab ra: Ya Rasulullah, apakah engkau memanggil-
manggil mereka yang telah meninggal tiga hari bisa mendengarkan panggilanmu. Bukankah Allah SWT telah berfirman dalam al quran: Innaka laa tusmi’ul mauta?.
Lalu dijawab oleh Rasulullah SAW:  “Demi Dzat yang jiwaku ada dalam kekuasaan-Nya, tidaklah engkau
sanggup mendengar mereka, mereka lebih mendengar daripada kamu hanya saja mereka tidak mampu
menjawab.” (HR. Muslim dari Imam Anas ra).

Menurut hadits Shohihain (Bukhari Muslim) Dari sanad yang berbeda-beda,
Rasulullah SAW pernah berbicara kepada orang-orang kafir yang tewas dalam perang badar saat mereka dibuang di sumur Quleb kemudian Rasulullah saw berdiri dan memanggil nama-nama mereka (yafulan bin fulan 2x) :
Apakah engkau telah mendapatkan janji dari Tuhanmu dengan benar, sedangkan saya telah mendapatkan janji yang benar pula dari Tuhanku.
Dalam penjelasan kitab Tafsir Ibnu Katsir bahwa yang dipanggil oleh Rasulullah SAW itu adalah: Abu Jahal bin Hisyam, Utbah bin Robi
ah dan Syaibah bin Robiah. Ketiganya itu adalah tokoh kafir Quraisy. Hadits tersebut diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Anas bin Malik.
Dalam riwayat lain menyebutkan bahwa orang yang mati apabila sudah dikuburkan dan orang yang menguburkan itu kembali pulang,  maka dia (ahli kubur) itu mampu mendengar gesekan suara sendal. Menurut Imam AlQurtubi, orang yang sudah meninggal itu bukan berarti mereka tidak lenyap sama sekali juga tidak pula rusak hubungan dengan orang yang masih hidup. Tetapi yang meninggal itu hanya terputus hubungan antara ruh dan badan dan hanya berpindah dari alam dunia ke alam kubur. (Tafsir ahkam Juz 7: hal 326).
Dengan demikian apakah orang yang meninggal itu bisa mendengar orang yang masih hidup saat memberi salam atau lainya, cukup jelas keterangan ayat dan hadits pada peristiwa Nabi memanggil gembong2 kafir qurays saat gugur di perang Badar. Untuk lebih jelasnya lagi, kita bisa membuka Kitab Ar Ruh karangan Ibnu Qoyyim Al Jauzi (Juz I halaman 5),
kalau tidak salah Ibnul Qoyyim itu murid kesayangan Ibnu Taymiyah.


Pada halaman itu tertulis riwayat Ibnu Abdil Bar yang menyandarkan kepada
ketetapan sabda Rasulullah SAW:
Orang-orang muslim yang melewati kuburan saudaranya yang dikenal saat hidupnya kemudian mengucapkan salam, maka Allah mengembalikan ruh saudaranya yang meninggal itu untuk menjawab salam temanya.
Bahkan menurut Ulama Salaf mereka telah ijma
(sepakat) bahwa masalah orang yang mati itu mampu mengenal orang-orang yang masih hidup pada saat berziarah bahkan para ahli kubur
mersasa gembira atas dengan kedatangan para peziarah. Hal ini, kata Ibnu Qoyyim, merupakan riwayat atsar yang mutawatir. Selengkapnya kata-kata Ibnu Qoyyim itu sebagai berikut;
Ibnu Qoyyim mengutip ungkapan Abu Bakar Abdullah bin Muhammad bin Abid biin Abidunya
dalam kitab Kubur pada bab ma
rifatul mauta biziyaratil ahya. Menyebu thadits sebagai berikut:
Dari Aisyah ra berkata: Rasulullah saw bersabda:
Siapa saja yang berziarah ke kuburan saudaranya, kemudian duduk di sisi kuburnya maka menjadi tenanglah si mayit, dan Allah akan
mengembalikan ruh saudaranya yang meninggal itu untuk menemaninya sampai selesai berziarah.
Orang yang meninggal dunia, akan menjawab salam baik yang dikenal maupun yang
tidak dikenalnya sebagaimana dalam sebuah riwayat hadits berikut;
"Dari Abi Hurairah ra, Rasulullahsaw bersabda:
Apabila orang yang lewat kuburan saudaranya kemudian memberi salam, maka akan dibalas salam itu, dan dia mengenal siapa yang menyalami. Demikian juga mereka (para mayyit) akan menjawab salamnya orang-orang yang tidak kenal. Satu ketika, Seorang lelaki dariKeluarga Ashim Al Jahdari bercerita bahwa dia melihat Ashim al Jahdari dalam mimpinya setelah beliau meninggal dua tahun. Lalu lelaki itu
bertanya:
Bukankah Anda sudah meninggal? Betul! Lalu dimana sekarang? Demi Allah, saya ada didalam taman Syurga. Saya juga bersama sahabat-sahabatku berkumpul setiap malam Jumat hingga pagi harinya di tempat (kuburan) Bakar bin Abdullah al Muzanni. Kemudian
kami saling bercerita.
Apakah yang bertemu itu jasadnya saja atau ruhnya saja? Kalau jasad kami sudah hancur, jadi kami berkumpul dalam ruh Apakah Anda sekalian mengenal kalau
kami itu berziarah kepada kalian?
 Benar!, kami mengetahui setiap sore Jumat dan hari Sabtu hingga terbit matahari Kalau hari lainnya? Itulah fadilahnya hari Jumat dan kemuliannya
(Cerita itu menurut Ibnu Qoyim bersumber dari Muhammad bin Husein dari Yahya bin Bustom Al Ashghor dari Masma
dari Laki-laki keluarga Asyim Al Jahdari).
Bahkan bukan sore Jum
at dan hari Sabtu saja, menurut riwayat Muhammad bin Husein dari Bakar bin Muhammaddari Hasan Al Qoshob berkata bahwa orang-orang yang sudah meninggal mampu mengetahui para peziarah pada hari dua hari yang mengiringi Jumat (Hari Kamis dan
Sabtu).

Oleh : Solihin Gubes
Kaum Sarungan, 5 April 2012


Tidak ada komentar:

Posting Komentar