Senin, 21 Januari 2013

Sunan Kalijaga





Sunan Kalijaga disebut juga Raden Said adalah putra Tumenggung Wilatikta Adipati Tuban.
Raden Said sebenarnya anak muda yang taat beragama dan berbakti kepada orang tua namun karna banyak ketimpangan disekelilingnya musim kemarau panjang dan kelaparan membuat rakyat tersiksa, hatinya berontak, pada malam hari sering dia mengambil padi,jagung dan bahan makanan lainya
kegudang kadipaten untuk diberikan kepada rakyat jelata yang membutuhkanya. Dalam melakukan aksinya dia selalu menggunakan topeng hinga tidak ada yang tahu bahwa dia adalah Raden Said Putra Bupati Tuban. Namun akhirya ketahuan punggawawa kadipaten dan dilaporkan ke Ayahnya sendiri.
Raden said dihukum berat ternyata tidak jera, sesudah masa hukumanya habis dia beraksi lagi tapi kali ini merampok harta benda para tuan tanah dan hartawan yang kaya raya untuk diberikan kepada fakir
miskin. Tapi aksinya juga tidak bertahan lama setelah ada perampok yang menyamar dengan topeng yang mirip seperti Raden Said, akhirnya Raden Said ditangkap dan oleh ibunya diusir dari kadipaten Tuban.
Setelah bertahun-tahun meninggalkan kadipaten Raden Said kemudian berguru kepada Sunan Bonang yang tadinya hendak dirampok karna melihat tongkat Sunan Bonang yang seperti emas tapi akhirnya Raden Said tersadar dan ingin berguru kepada Sunan Bonang. Tapi Raden Said harus melalui ujian kesetian. Sunan Bonang menancapkan tonkatnya di tepi sungai, Raden Said diperintahkan untuk
menungguinya, Sunan Bonang kemudian melanjutkan perjalananya ke Masjid Demak.
Alkisah Sunan Bonang terlupa hal ini sampai berbulan-bulan bahkan ada yang menyebutkan bertahun-tahun lamanya, Raden Said ternyata tetap setia menunggui tonkatnya sambil bersemedi. Sunan Bonang baru dapat membangunkan setelah mengeluarkan Adzan,Raden Said kemudian dibawa ketempat Sunan Bonang untuk belajar ilmu agama, berkat ketekunan Raden Said dia dapat mewarisi seluruh ilmu Sunan Bonang. Karna pernah bertapa bertahun-tahun maka Raden Said disebut Sunan Kalijaga yang artinya menjaga sungai.
Sunan Kalijaga yang sebagai Da'i/mubaligh juga kreatif dalam segala hal seni Baju taqwa, pencipta lagu dandang gula, ahli seni ukir, gong sekaten, wayang kulit dan grebeg mulud adalah acara tabliqh akbar yang diprakarsai Sunan Kalijaga. Di antara tembang ciptaan Sunan Kalijaga yang masìh akrab dikalangan
masyarakat jawa sampai sekarang adalah tembang lir Ilir melalui tembang ini pula beliau berwasiat tentang manusia hidup didunia ini. diibaratkan orang hidup di dunia itu sebagai orang yang bercocok tanam.

Lir-ilir, lir-ilir
Tandure wus sumilir
Tak ijo royo-royo
Tak sengguh panganten anyar
Cah angon – cah angon
Panekno blimbing kuwi
Lunyu-lunyu panekno
Kanggo mbasuh dodotiro
Dodotiro – dodotiro
Kumitir bedah ing pinggir
Dondomana jlumatana
Konggo seba mangko sore
Mumpung padang rembulane
Mumpung padang kalangane
Yo suraka, surak hiyo

Makna Lir Ilir

Lir-ilir, lir-ilir
Tandure wus sumilir.
mempunyai pesan bahwa manusia yang sudah mengijnjak dewasa atau
sudah baligh

Tak ijo royo-royo
Tak sengguh panganten anyar.
apabila sudah mapan dan berkecukupan maka bersegeralah untuk membina
kehidupan berrumah tangga agar tidak terjerumus dalam perbuatan-
perbuatan yang dilarang oleh agama

Cah angon – cah angon
Panekno blimbing kuwi.
mempunyai pesan untuk kita semua agar menjalankan sholat 5 Waktu

Lunyu-lunyu panekno.
walaupun terasa berat untuk dilaksanakan tetapi jangan jangan sampai kamu
tinggalkan

Kanggo mbasuh dodotiro.
karena itu dapat sebagai penyiram kalbu manusia
Dodotiro – dodotiro
Kumitir bedah ing pinggir.
mempunyai pesan bagi manusia yang jiwanya sedang terluka, yang terjabik
cabik, atau terkotori oleh dosa dosanya

Dondomana jlumatana
Konggo seba mangko sore.
maka segeralah bertobat dengan sebenar benar tobat agar dapat dipakai kelak
apabila ajal telah datang.

Mumpung padang rembulane
Mumpung padang kalangane
Yo suraka, surak iyo
selagi masih ada waktu dan selagi masih mampu

terjemahn ini adl hsl curian dr catatan sahabt (kangmas Ferdy salim al-Khatiry)


Oleh : Diajeng Roro Mendut
Kaum Sarungan, 2 Maret 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar