ﺔﻳﺩﻮﺒﻌﻟﺍ ﻰﻠﻋ ﺔﺛﻼﺛ ﻡﺎﺴﻗﺃ : ﺔﻳﺩﻮﺒﻋ ﻲﻫﻭ ﻡﺎﻌﻟﺍ
ﻥﺎﻴﺗﻹﺍ ،ﺔﻋﺎﻄﻟﺎﺑ
ﺔﻳﺩﻮﺒﻋﻭ ﻲﻫﻭ ﺹﺎﺨﻟﺍ ﺹﻼﺧﻹﺍ
ﻲﻓ ،ﺔﻋﺎﻄﻟﺍ ﺔﻳﺩﻮﺒﻋﻭ ﺺﺧﺃ ﻲﻫﻭ ﺹﺎﺨﻟﺍ ﺔﺒﻴﻐﻟﺍ
ﻦﻋ ﺔﻳﺅﺭ ﺹﻼﺧﻹﺍ ﻲﻓ ﺔﻋﺎﻄﻟﺍ
ﻲﻓ ،ﺔﻋﺎﻄﻟﺍ ﺔﻳﺩﻮﺒﻋﻭ ﺺﺧﺃ ﻲﻫﻭ ﺹﺎﺨﻟﺍ ﺔﺒﻴﻐﻟﺍ
ﻦﻋ ﺔﻳﺅﺭ ﺹﻼﺧﻹﺍ ﻲﻓ ﺔﻋﺎﻄﻟﺍ
Ibadah itu terbagai menjadi tiga :
1. Ibadahnya
orang awam yaitu mengerjakan keta'atan,
Ibadahnya orang awam itu yang penting sesuai dengan syari'at Islam
(al-Qur'an dan al-Hadits) secara lahir saja namun mereka belum bisa menata hati
bagaimana ikhlas yang sebenarnya, semisal : Kalau wudhu dan sholat, asalkan
sudah memahami syarat dan rukunnya serta hal-hal yang mebatalkannya, maka hal
itu sudah dianggap SAH secara syari'at... jenis Ibadah seperti ini saja masih tergolog
Ibadahnya orang awam menurut para ulama ahli tashowwuf, lah bagaimana dengan
Ibadahnya orang yang tidak faham syarat, rukun dan hal-hal yang membatalkannya
2. Ibadahnya
orang khusus yaitu ikhlas di dalam keta'atan,
Ibadahnya orang khusus itu selalu memperhatikan faktor ke-Ikhlasan, dan Ikhlas
itu berasal dari kata Akhlasho - Yukhlishu - Ikhlaashon, secara bahasa artinya
Memurnikan, oleh sebab itu orang yang Mukhlish adalah orang yang selalu memurnikan
ibadahnya dari segala hal selain Alloh Ta'ala... ikhlas itu BUKAN seperti berak
atau kecing atau kentut sebagaimana yang sering dijelaskan oleh para ustadz di TV,
tapi Ikhlas itu benar-benar menata niat dan hatinya di saat hendak melakukan ibadah
apapun hanya karena Alloh Ta'ala, demikian pula tatkala menjalankan ibadah tersebut
dan juga setelah menjalankan ibadah tersebut sampai ajal menjemput... jangan
sampai di saat hendak beribadah sudah ikhlas, dan tatakala menjalankannya juga
sudah ikhlas, namun selang beberapa tahun kemudian dia sengaja menceritakan ibadahnya
tersebut kepada orang lain
3. Ibadahnya lebih
khususnya orang khusus yaitu lebur dari pandangan ikhlas di dalam keta'atanDan Ibadahnya orang yang lebih khususnya orang khusus adalah sudah tidak melihat ke-
ikhlasan lagi, karena faktor ke-ikhlasan itu sudah mendarah daging dan menyatu di dalam seluruh raga, sukma, jiwa, dan nyawanya, sehingga apapun yang dikatakannya atau yang di diamkannya atau yang dikerjakannya atau yang ditinggalkannya, alias seluruh gerak dan diamnya, seluruh hal ihwalnya sudah lebur dan lenyap menuju Dzat Yang Maha Tunggal, dan orang semacam ini sudah tidak perduli lagi terhadap segala pujian dan cacian makhluq, dan inilah Insan yang Kaamil
Mukammil
ingat tingkatan ketiga ini, tidak akan dapat difahami dengan fikiran saja, sebelum kita merasakannya sendiri alias dzauq dalam Tajalliy beserta Haqqul Yaqien di dalam Lautan Ma'rifatulloh
K.H. Dawam Mua'lim
Oleh : Solihin Gubes
Kaum Sarungan, 26 Maret 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar