Kamis, 27 Desember 2012

Rajin belajar ilmu agama tapi masih malas ibadah???

Pertanyaan Oleh : Anna Fatur Nissa

jika ada seseorang yg rajin menuntut ilmu, namun masih berat untuk mengamalkannya padahal hati sangat ingin..  apakah itu tanda tidak bermanfaatnya ilmu?

Jawab :

cuma masih belum bisa mengendalikan nafsunya... Perlu belajar lagi jurus & ilmu pengendalian nafsu yaitu tazkiyatun nafsi.
Tazkiyah secara etimologis mempunyai 2 makna yaitu penyucian dan pertumbuhan . . .
Adapun secara istilah artinya penyucian (Tathahhur) jiwa dari segala macam penyakit & cacat,, merealisasikan (Tahaqquq) berbagai maqam padanya,, serta menjadikan asma' dan shifat sebagai akhlaqnya (Takhalluq)...
Kesimpulanya tazkiyah nafs adl Tathahhur,, tahaqquq,, dan takhalluq,,..
Kesemuanya ini memiliki berbagai 'sarana' yang syar'i,, hakekat dan hasil2 yang syar'i pula..
Dengan demikian maka akan nampak dampak & pengaruhnya pada perilaku seseorang dalam berinteraKsi dangan Allah dan makhluq...
So, hasil yang paling nyata dari tazkiyah nafs ialah adab dan mu'amalah yang baik kepada Allah dan makluq..
(Mbuch Nementt)  

dah ada niat, tinggal jalanin dikit2...
~setuju sama Mbuch NemeNtt kenali nafsu diri, kalau kata syech siti jenar nafsu manusia itu antaranya... malas, tomak, berpenyakit hati...
~kayaknya di buku al hikam ibn ata'illah ada penjelasannya dan lebih terperinci... tentang salik, mengandalkan amal, dll
 
(Arief Burhanudin)

relatif mbak, inilah kenapa syareat membagi hukum dengan 5 hukum, yaitu; wajib, sunnah, makruh, haram dan mubah.... itu artinya Allah menberikan keluasan bukan kesempitan kepada hambanya. baik bagi yang kuat maupun lemah imannya. tidak semua ilmu butuh pada pengamalan kayak ilmu ma'rifat contohnya, sebagian ilmu hanya butuh pemahaman sebagian lagi butuh pemahaman sekaigus pengamalan. pun ada ilmu yang hanya untuk mencegah diri dari perbuatan maksiat. minimal kalau kita berilmu kalau kita melakukan maksiat kita akan menyesal dan menyesal sendiri salah satu bentuk dari taubat, annadamu taubah. seperti ilmu muroqobah bab khouf.
Di alquran Allah berfirman yang artinya "dan tidaklah orang yang lebih takut kepada Allah dari hamba2nya kecuali ulama" . ini berarti semakin berilmu seseorang maka semakin takut dia kepada Allah.
(Solihin Gubes)

“Dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya), Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketaqwaannya. Sungguh sangat beruntung orang yang mensucikannya dan sungguh merugilah orang yang mengotorinya,” (QS. Asy Syams: 7-10).

Dan dalam surat Al Hadid ayat 16:
“Belumkah datang waktunya untuk orang-orang yang beriman untuk tunduk hati mereka berdzikir kepada Allah dan kepada kebenaran yang telah turun kepada mereka dan janganlah mereka seperti orang-orang yang sebelumnya telah diturunkan Alkitab di dalamnya, kemudian berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras, dan kebanyakan di antara mereka adalah orang-orang yang fasik ” QS. Al-Hadid:16).

Ayat-ayat di atas memberikan pelajaran kepada kita akan pentingnya untuk senantiasa menjaga ruhiyah, kerugian yang besar bagi orang yang mengotorinya dan peringatan keras agar kita meninggalkan amalan yang bisa mengeraskan hati. Bahkan tarbiyah ruhiyah adalah dasar dari seluruh bentuk tarbiyah, menjadi pendorong untuk beramal saleh dan dia juga memperkokoh jiwa manusia dalam menyikapi berbagai problematika kehidupan.

Aspek ruhiyah/ma'nawiyah adalah aspek yang harus mendapatkan perhatian khusus oleh setiap muslim. Sebab ruhiyah menjadi motor utama sisi lainnya. Aspek-aspek yang sangat terkait dengan ma’nawiyah seseorang adalah:

a. Aspek Aqidah. Ruhiyah yang baik akan melahirkan aqidah yang lurus dan kokoh, dan sebaliknya ruhiyah yang lemah bisa menyebabkan lemahnya aqidah. Padahal aqidah adalah suatu keyakinan yang akan mewarnai sikap dan tingkah laku seseorang. Oleh sebab itu kalau ingin aqidahnya terbangun dengan baik maka ruhiyahnya harus dikokohkan. Jadi ruhiyah menempati posisi yang sangat penting dalam kehidupan seorang muslim karena dia akan mempengaruhi bangunan aqidahnya.

b. Aspek akhlaq. Akhlaq adalah bukti tingkah laku dari nilai yang diyakini seseorang. Akhlaq merupakan bagian penting dari keimanan. Akhlaq juga salah satu tolok ukur kesempurnaan iman seseorang. Terawatnya ruhiyah akan membuahkan bagusnya akhlaq seseorang. Allah swt dalam beberapa ayat senantiasa menggandengkan antara iman dengan berbuat baik. Rasulullah saw pun ketika ditanya tentang siapakah yang paling baik imannya ternyata jawab Rasulullah saw adalah yang baik akhlaqnya (“ahsanuhum khuluqan”)

“Mukmin mana yang paling baik imannya? Jawab Rasulullah ” yang paling baik akhlaqnya” (HR. Abu Daud, Tirmidzi dan Nasa’i)

Bahkan diutusnya Rasulullah –shallallâhu `alaihi wa sallam- pun untuk menyempurnakan akhlaq manusia sehingga menjadi akhlaq yang islami

Tolok ukur dan patokan baik dan tidaknya akhlaq adalah al-Qur’an. Itulah sebabnya akhlaq keseharian Rasulullah –shallallâhu `alaihi wa sallam- merupakan cerminan dari Al-Qur’an yang beliau yakini. Hal ini terbukti dari jawaban Aisyah ra ketika ditanya tentang bagaimana akhlaq Rasulullah –shallallâhu `alaihi wa sallam- , jawab beliau “Akhlaq Rasulullah –shallallâhu `alaihi wa sallam- adalah al-Qur’an.

c. Aspek tingkah laku. Tingkah laku adalah cerminan dari akhlaq yang melekat pada diri seseorang…. Wallahu a'lam bisshawab.

(Muhammad Badri)

Berat mengamalkan....
Semakin tinggi ilmu seseorang, tentu semakin berat ujiannya...
Itu tanda tanda ujian, jadi bukanlah tanda ilmu yang tiada manfaat,
dan tentulah cobaan terberat untk penuntut ilmu adalah " kesombongan "
(Diri Berdiri)

Kaum Sarungan, 28 Maret 2012

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar