Selasa, 18 Desember 2012

Cara Berwudhu Secara Sempurna


Rasulullah bersabda yg Artinya : Dari Humran, sesungguhnya Utsman pernah minta air wudhu’, lalu beliau membasuh dua telapak tangannya tiga kali, kemudian berkumur-kumur, menghirup air ke hidung dan mengeluarkannya, kemudian membasuh wajahnya tiga kali, kemudian membasuh tangan kanannya sampai siku-siku tiga kali, kemudian tangan kiri seperti itu pula, kemudian menyapu kepala kepalanya, kemudian membasuh kaki kanannya sampai mata kaki tiga kali, kemudian kaki kiri seperti itu pula. Kemudian beliau berkata : “Aku melihat Rasulullah SAW berwudhu’ seperti wudhu’ku ini (Muttafaqun alaihi, bulughul maram)

Dalam Shahih Muslim artinyanya sebagai berikut :
Dari Humran, hamba sahaya Utsman, dia pernah melihat Utsman minta bejana air wudhu’, lalu beliau menuangkan pada dua telapak tangannya tiga kali dengan membasuh keduanya, kemudian memasukkan tangan kanannya dalam bejana, maka beliau berkumur-kumur, menghirup air ke hidung dan mengeluarkannya, kemudian membasuh wajahnya tiga kali, kemudian membasuh dua tangannya sampai siku-siku tiga kali, kemudian menyapu kepalanya, kemudian membasuh dua kakinya tiga kali. Kemudian beliau berkata : Rasulullah SAW bersabda :“Barangsiapa berwudhu’ seperti wudhu’ku ini, kemudian shalat dua raka’at yang tidak berhadats dirinya pada dua raka’at itu, maka diampunkan dosanya yang telah lalu. (H.R. Muslim shohih muslim juz 1 hal 204-205)

Hadits di atas menjelaskan cara berwudhu’ yang sempurna atau yang lebih utama. Sedangkan perbuatan yang wajib dalam wudhu’ hanyalah membasuh muka dan tangan, menyapu kepala serta membasuh kaki hingga dua mata kaki sebagai firman Allah yg Artinya :
Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai
dengan kedua mata kaki (Q.S. al- Maidah : 6)
Sedangkan perbuatan lain yang disebut dalam hadits di atas merupakan perbuatan sunnat, karena itu merupakan tambahan dari apa yang diwajibkan dalam Q.S. al-Maidah : 6. Perbuatan tersebut yaitu membasuh dua telepak tangan, berkumur-kumur, isytinsyaq dan melakukan perbuatan wudhu’ tiga-tiga kali. Oleh karena itu, semua hadits yang menjelaskan Nabi SAW melakukan wudhu’ melebihi dari perbuatan yang diwajibkan dalam firman Allah Q.S. al-Maidah : 6 di atas, hanyalah menunjukkan keutamaan. Sebagian kaum muslim yang mewajibkan berkumur-kumur dan isytinsyaq pada wudhu’ berargumentasi dengan hadits Aisyah secara marfu’, yg Artinya :
Berkumur-kumur dan isytinsyaq termasuh wudhu’ yang tidak boleh tidak darinya. (H.R. Darulquthni)
dan hadits riwayat Abu huroiroh yg Artinya : Dari Nabi SAW, berkumur-kumur dan isytinsyaqlah .(H.R. Daruquthni). (sunan daruquthni juz 1)

Menurut keterangan Imam al-Nawawi, kedua hadits di atas adalah dha’if. Telah disebut kedhai’fannya oleh Darulquthni dan lainnya.(majmu' syarah muhadzab juz hal 1 hal 365). Oleh karena itu, kedua hadits di atas tidak dapat menjadi hujjah dalam penetapan hukum.

Dalam Syarah Muslim, Imam Nawawi mengomentari hadits riwayat Muslim di atas, antara lain :
1. Sunnat mengambil air pada berkumur-kumur dan isytinsyaq dengan tangan kanan
2. Berkumur-kumur dan isytinsyaq dilakukan dengan satu cebok. Jalan pendaliliannya adalah perkataan membasuh disebut secara berulang-ulang pada membasuh dua telapak tangan dan membasuh wajah, sedangkan pada berkumur-kumur dan isytinsyaq hanya disebut secara mutlaq.
3. Sunnat membasuh dua telapak tangan sebelum memasukkan keduanya dalam bejana, meskipun seseorang itu bukan baru bangun dari tidur, apabila dia meragukan najis tangannya.(syarah muslim juz 1 hal 374)

Sebagaimana penjelasan al-awawi di atas, menurut pendapat shahih, yang lebih utama berkumur-kumur dan isytinsyaq dilakukan dengan satu cebok. Adapun hadits riwayat Abu Daud artinya :
Dari Thalhah dari bapaknya dari kakeknya, berkata : “Aku masuk menemui Nabi SAW, sedangkan beliau sedang berwudhu’ dan air mengalir dari wajah dan jenggot atas dada beliau. Maka aku melihat beliau memisahkan antara berkumur-kumur dan isytinsyaq . (H.R. Abu Daud sunan abu daud juz 1 hal 53)

Menurut Imam Nawawi, perbuatan Nabi SAW tersebut hanya untuk menyatakan amalan tersebut jawaz (boleh), apalagi berdasarkan dhahir hadits tersebut, perbuatan Nabi SAW itu hanya dilakukan satu kali.(majmu' syarah muhadzab juz 1 hal 359)


Oleh : Solihin Gubes
Kaum Sarungan, 16 Februari 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar