Senin, 25 Maret 2013

Fadhilah Shalawat


Barangsiapa bershalawat untukku sekali, niscaya Allah bershalawat untuknya sepuluh kali ” (HR. Muslim dari Abû Hurairah).

” Bahwasanya bagi Allah Tuhan semesta alam ada beberapa malaikat yang diperintah berjalan di muka bumi untuk memperhatikan keadaan hamba-Nya. Mereka me-nyampaikan kepadaku ( sabda Nabi ) akan  segala salam yang diucapkan oleh ummatku ” (HR. Ahmad. Al-Nasâ’I dan Al-Darimî).
” Barangsiapa bershalawat untukku dipagi hari sepuluh kali dan di petang hari sepuluh kali, mendapatlah ia syafa’atku pada hari qiamat ” (HR. Al-Thabrânî)

” Manusia yang paling utama terhadap diriku pada hari qiamat, ialah manusia yang paling banyak
bershalawat untukku ” (HR. Al- Turmudzî).

” Jibril telah datang kepadaku dan berkata: Tidakkah engkau ridha (merasa puas) wahai Muhammad,
bahwasanya tak seorang pun dari umatmu bershalawat untukmu satu kali, kecuali aku akan bershalawat untuknya sebanyak sepuluh kali? Dan tak seorang pun dari umatmu mengucapkan salam kepadamu, kecuali aku akan meng-ucapkan salam kepadanya sebanyak sepuluh kali?! (HR. Al-Nasâ’i dan Ibn Hibban, dari Abû Thalhah).

Sabda Rasulullah SAW, yang Artinya: ” Barangsiapa-ketika mendengar adzan dan iqamat mengucapkan: “Allâhumma Rabba Hâdzih al-Da’wât al-Tâmmah, wa al-Shalât al-Qâ’imati, shalli ‘alâ muhammadin ‘abdika wa Rasûlika, wa A’tihi al-Washîlata wa al-Fadhîlata, wa al-Darâjata al-Râfi’ata, wa al-Syafâ’ata yawm al-Qiyâmati (Artinya: “Ya Allah, ya Tuhannya seruan yang sempurna ini, serta shalat yang segera
didirikan ini, limpahkanlah shalawat untuk Muhammad, hamba dan rasul-Mu. Dan berilah ia wasilah dan fadilah serta derajat yang amat tinggi dan (izin untuk) bersyafaat pada hari Kiamat), maka (bagi siapa yang mengucapkan doa tersebut) niscaya akan beroleh syafaatku kelak.”

Al-Ghazali didalam kitabnya Ihyâ ‘Ulûm al-Dîn menceritakan seorang dari mereka (seorang dari kalangan ulama, sufi, ahli ibadah dsb) pernah berkata: ” Sementara aku menulis (catatan tentang) beberapa hadis, aku selalu mengiringinya dengan menuliskan shalawat untuk Nabi SAW, tanpa melengkapinya dengan salam untuk beliau. Malamnya aku berjumpa dengan beliau dalam mimpi, dan beliau berkata kepadaku: ‘Tidakkah sebaiknya engkau melengkapi shalawatmu untukku dalam bukumu itu?’ Maka sejak itu, tak pernah aku mengucapkan shalawat kecuali melengkapinya dengan ucapan salam untuk beliau “


Oleh : Adinda Icha Khumairah
Kaum Sarungan, 25 Agustus 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar