Selasa, 28 Mei 2013

Renungan (Tundukkan Nafsumu & Jangan Pakai Jubah Islami)


"Bagaimana hal-hal biasa bisa ditundukkan padamu? Sedangkan anda tidak pernah menundukkan
kebiasaan nafsumu?"

Ada ha-hal luar biasa yang biasanya muncul pada para Sufi yang kelak disebut sebagai karomah. Tentu hal yang luar biasa itu tidak akan pernah muncul selama manusia tidak pernah menundukkan dirinya sendiri, dan karenanya hal-hal biasa juga tak pernah tertundukkan.

Hal yang luar biasa itu justru terletak pada keberanian seseorang untuk mengeluarkan dirinya dari
dirinya, sebagaimana pandangan para Sufi, "Hakikatmu adalah keluarmu dari dirimu." Maksudnya
kita bisa mengeluarkan hasrat nafsu kita dari diri kita.

Hikmah Ibnu Athaillah ini menyembunyikan rahasia, bahwa hakikat Karomah itu justru pada Istiqomah, dimana istiqomah tersebut tidak bisa diraih sepanjang manusia masih senang dan terkukung oleh kesenangan dan kebiasaan nafsunya. Karena nafsu adalah hijab, dan wujud nafsu itu adalah rasa "aku"
dalam diri kita sendiri.

Seorang Sufi ditanya, "Bagaimana anda sampai mencapai tahap luhur ini?"
"Aku bertauhid dengan tauhid paling utama, dan aku berbakti sebagaimana baktinya budak, serta
aku taat kepada Allah swt atas perintahNya, apa yang dilarangNya. Maka setiap aku memohon, Dia
selalu memberinya."
Dalam hadits shahih, Allah swt berfirman, "Tak ada orang yang mendekat kepadaKu sebagaimana
dekatnya orang yang menunaikan apa yang Aku fardhukan kepada mereka, dan senantiasa hambaKu
berdekat padaKu dengan ibadah-ibadah sunnah, sampai Aku mencintainya. Maka bila Aku mencintainya, jadilah Aku sebagai Pendengaran baginya, menjadi Mata, Tangan dan Penguat baginya. Maka bila ia meminta padaKu, Aku pasti memberinya, dan bila ia meminta perlindungan padaKu, Aku pasti melindunginya…." (au kamaa qoolarrosul)

Menembus batas kebiasaan diri seorang hamba, berarti haruslah punya keberanian untuk menyadari
kefanaannya dalam kehidupan sehari-hari. Karena itu, doktrin, "Aku bisa, aku mampu, aku hebat, aku kuat, aku berdaya…dsb…" Apalagi disertai dengan kata-kata, "Dariku, denganku, untukku, demiku,
bagiku, bersandar aku…dsb," justru semakin mempertebal lapisan hijab demi hijab antara hamba dengan Allah swt.

Orang yang meraih karomah, pasti sirna dari keakuannya. Orang yang mendapatkan hal-hal luar biasa,
justru fana' seluruh egonya. Dan sebaliknya jika kesirnaan aku dan egonya tidak terjadi, maka hal-hal
yang luar biasa tidak lebih dari Istidroj yang melemparkan dirinya dari Allah Ta'ala.

------------------------------------------------------------------------


Jangan Pakai Jubah Ilahi

Syeikh Ibnu 'Athaillah As-Sakandary: "Allah mencegahmu untuk mengaku-aku hal-hal yang tidak layak bagi para makhluk. Apakah Allah membolehkan padamu untuk mengaku-aku sifatNya sedangkan
Dia adalah Rabbul 'Alamin?"

Syeikh Zarruq ra menegaskan: Tampilnya Sifat Allah padamu, dan penghiasan Sifat itu padamu
bersamaNya adalah kesempurnaan yang layak bagimu, sehingga anda menjadi kaya bersama Allah,
mulia bersama Allah, kuasa bersama Allah, kuat bersama Allah swt, hingga anda menjadi "Bismillah" dengan Nama Allah dari dirimu berselaras dengan "Kun' dari Allah, sehingga anda tidak berkehendak sedikit pun melainkan terjadi. Anda tidak butuh pada sesuatu dan tidak terhina oleh sesuatu dan tidak karena sesuatu. Anda tidak lemah karena sesuatu dan tidak berdaya karena sesuatu, bahkan anda mampu atas segala sesuatu bersama Tuhanmu, merasa cukup dengan Allah jauh dari cukup terhadap segalanya, mulia bersama Allah swt, dalam segalanya, kuat bersama Allah di sisi segalanya, sehingga anda pun tidak punya peluang sedikit pun untuk mengaku-aku (mengklaim) semuanya itu.

Justru semuanya itu untuk menguatkan diri anda agar kembali pada sifat asli anda, dan bangkit bersamaNya. Sifat anda itu adalah fakir, hina, tak berdaya dan lemah. Karena yang tampak pada diri anda hanyalah telanjang simbolis, dan yang simbolis itu secara hakiki tidak ada. Maka sesudah niscaya,
anda harus terus menerus merasa hina dan butuh kepada Allah swt dalam segala upaya dan perilaku
anda. Fahamilah semua itu. Dalam pencegahan Allah swt, di atas, ada sesuatu yang terjadi secara syar'y, secara harga diri, dan hikmah. Maka diharamkan bagi seseorang untuk mengklaim milik orang lain, karena itu secara harga diri dan jiwa, sangat tidak layak, sehingga menimbulkan kecemburuan luar biasa.

Rasulullah saw, bersabda: "Tak ada yang lebih cemburu ketimbang Allah."

Kecemburuan itu dalam HakNya menimbulkan pencegahan, berupa hak atas sifatNya. Dalam hadits
Qudsi disebutkan: "Allah swt, berfirman: Kebesaran itu adalah pakaianKu dan Kesombongan itu adalah BajuKu, siapa yang melepas dariKu atas keduanya, maka Aku lempar ia ke neraka…"

Karena dua sifat itu adalah Sifat khusus bagi Allah Ta'ala. Jika ada yang memakainya, berarti seperti
merampas pakaian orang lain.

Oleh : Solihin Gubes
Kaum Sarungan, 28 September 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar