Minggu, 08 September 2013

Kenapa Amalan di Terima ?



“Kalau bukan karena indahnya tutupnya Allah swt, maka tak satu pun amal diterima.”

Kenapa
demikian? Sebab nafsu manusia senantiasa kontra dengan kebajikan, oleh sebab itu jika mempekerjakan nafsu, haruslah dikekang dari sifat atau karakter aslinya. Dalam firmanNya: “Siapa yang yang menjaga nafsunya, maka mereka itulah orang-orang yang menang dan bahagia.”(Al-Hasyr 9)

Nafsu, ketika masuk dalam kinerja
amaliah, sedangkan nafsu itu dasarnya adalah cacat, maka yang
terproduksi nafsu dalam beramal
senantiasa cacat pula. Kalau toh dinilai sempurna, nafsu masih terus
meminta imbal balik, dan
menginginkan tujuan tertentu, sedangkan amal itu inginnya malah ikhlas. Jadi seandainya sebuah amal diterima semata-mata bukan karena amal ansikh, tetapi karena karunia Allah Ta’ala pada hambaNya, bukan karena amalnya.

Abu Abdullah al-Qurasyi ra
mengatakan, “Seandainya Allah menuntu ikhlas, maka semua amal mereka sirna. Bila amal mereka sirna, rasa butuhnya kepada Allah Ta’ala semakin bertambah, lalu mereka pun melakukan pembebasan dari segala hal selain Allah swt, apakah berupa kepentingan mereka atau sesuatu yang diinginkan mereka.”

Oleh sebab itu Ibnu Athaillah
melanjutkan:
“Anda lebih butuh belas kasihan
Allah swt, ketika anda sedang melakukian taat, dibanding rasa butuh belas kasihNya ketika anda melakukan maksiat.”

Kebanyakan
manusia memohon belas kasihan kepada Allah Ta’ala justru ketika ia menghadapi maksiat, dan merasa aman ketika bisa melakukan taat ubudiyah. Padahal justru yang lebih dibutuhkan manusia adalah Belas Kasih Allah ketika sedang taat. Karena ketika sedang taat, para hamba sangat rawan “taat nafsu”, akhirnya seseorang terjebak dalam ghurur, atau tipudaya dibalik amaliyahnya sendiri.

Rasulullah saw, bersabda:
“Allah Ta’ala menurunkan wahyu kepada salah seorang Nabi dari para NabiNya: “Katakanlah kepada hamba-hambaKu yang tergolong shiddiqun, jangan sampai mereka
tertimpa tipudaya. Sebab Aku, bila
menegakkan keadilanKu dan kepastian hukumKu kepada mereka,
Aku akan menyiksa mereka, tanpa
sedikit pun aku menzalimi mereka. Dan katakanlah kepada hambaKu
yang ahli dosa, janganlah mereka
berputus asa, sebab tak ada dosa besar bagiKu manakala Aku mengampuninya.”

Bahkan Abu Yazid al-bisthami ra
mengatakan: “Taubat dari maksiat bisa sekali selesai, tetapi taubat
karena taat bisa seribu kali
pertaubatan.”

Mengapa kita harus lebih waspada
munculnya dosa dibalik taat? Karena nafsu dibalik maksiat itu
jelas arahnya, namun nafsu dibalik
taat sangat lembut dan tersembunyi.

Diantara nafsu dibalik taat yang
menimbulkan dosa dan hijab antara lain:

1. Mengandalkan amal ibadahnya,
lupa kepada Sang Pencipta amal.

2. Bangga atas prestasi amalnya,
lupa bahwa yang menggerakkan amal itu bukan dirinya, tetapi Allah
swt.

3. Selalu mengungkit ganti rugi,
dan banyak tuntutan dibalik amalnya.

4. Mencari keistemewaan amal,
hikmah dibalik amal, lupa pada tujuan amalnya.

5. Merasa lebih baik dan lebih
hebat dibanding orang yang belum melakukan amaliyah seperti dirinya.

6. Seseorang akan kehilangan
kehambaannya, karena merasa paling banyak amalnya.

7. Iblis La’natullah terjebak dalam
tipudayanya sendiri, karena merasa paling hebat amal ibadahnya.

8. Menjadi sombong, karena ia
berbeda dengan umunya orang.

9. Yang diinginkan adalah karomah-karomah amal.

10. Ketika amalnya diotolak ia
merasa amalnya diterima.

Oleh : Solihin Gubes
Kaum Sarungan, 23 September 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar