Oleh: Imron Baehaqi
Lc
-------------------------------------
Takwa adalah bekal hidup paling berharga dalam diri seorang muslim. Tanpanya hidup menjadi tidak bermakna dan penuh kegelisahan. Sebaliknya, seseorang akan merasakan hakikat kebahagiaan hidup, baik di dunia mau pun di akhirat apabila ia berhasil menyandang sebagai orang yang bertakwa.
-------------------------------------
Takwa adalah bekal hidup paling berharga dalam diri seorang muslim. Tanpanya hidup menjadi tidak bermakna dan penuh kegelisahan. Sebaliknya, seseorang akan merasakan hakikat kebahagiaan hidup, baik di dunia mau pun di akhirat apabila ia berhasil menyandang sebagai orang yang bertakwa.
Kata takwa
sudah amat akrab di telinga kita. Tiap khutbah Jumat sang khotib senantiasa
menyerukannya. Bahkan di tiap bulan Ramadhan, kata taqwa pun menghiasi
ceramah-ceramah atau kultum- kultum yang diadakan. Taqwa adalah bekal hidup paling
utama.
Ketika Abu
Dzarr Al-Ghifari meminta nasihat kepada baginda Rasulullah, maka pesan paling pertama
dan utama yang beliau sampaikan kepada sahabatnya itu adalah takwa. Kata Rasulullah
SAW, "Saya wasiatkan kepadamu, bertakwalah engkau kepada Allah karena
takwa itu adalah pokok dari segala perkara." [Nasr bin Muhammad bin
Ibrahim, Kitab Tanbih al-Ghofilin li Abi Laits As-Samarkindi]
Secara
lughah (bahasa), takwa berarti: takut atau mencegah dari sesuatu yang dibenci
dan dilarang. Sedangkan menurut istilah, terdapat pelbagai pengertian mengenai
takwa.
Ibn Abbas
mendefinisikan, taqwa adalah takut berbuat syirik kepada Allah dan selalu
mengerjakan ketaatan kepada- Nya. [tafsir Ibn Katsir, hal. 71]
Imam
Qurthubi mengutip pendapat Abu Yazid al- Bustami, bahwa orang yang bertakwa itu
adalah: "Orang yang apabila berkata, berkata karena Allah, dan apabila
berbuat, berbuat dan beramal karena Allah.
" Abu Sulaiman
Ad-Dardani menyebutkan: "Orang-orang yang bertakwa adalah orang-orang yang
kecintaan terhadap hawa nafsunya dicabut dari hatinya oleh Allah."
[Al-Jami li Ahkamil Qur'an, 1/161 ].
Sedangkan
Imam Ibn Qayyim al-Jauziyyah menegaskan, bahwa hakikat taqwa adalah taqwa hati,
bukan takwa anggota badan." [lihat: Ibn Qayyim al-Jauziyyah, kitab
al-Fawaid, hal.173 ]
Umumnya, para ulama mendefinisikan taqwa sebagai berikut: "Menjaga diri dari perbuatan maksiat, meninggalkan dosa syirik, perbuatan keji dan dosa-dosa besar, serta berperilaku dengan adab-adab syariah." Singkatnya, "Mengerjakan ketaatan dan menjauhi perbuatan
buruk dan keji. " Atau pengertian yang sudah begitu populer, taqwa adalah melaksanakan segala perintah Allah dan menjauhi segala bentuk larangan-Nya.
Dari definisi-definisi di atas menunjukan bahwa urgensi taqwa sudah tidak diragukan lagi, apalagi Al- Qur'an dan hadis Nabi SAW. Secara berulang-ulang menyeru kita supaya bertaqwa. Khusus bagi orang-orang yang bertakwa, Allah telah menjanjikan berbagai macam keistimewaan atau balasan atas mereka, di antaranya:
pertama,
bagi siapa saja yang bertaqwa kepada- Nya, maka akan dibukakan baginya jalan keluar
ketika menghadapi pelbagai persoalan hidupnya. (QS Ath- Thalaq: 2).
Kedua,
memperoleh rezeki dari arah yang tidak disangka- sangka (QS At- Thalaq:3) .
Ketiga,
dimudahkan segala urusannya (QS Al-Thalaq:4 ).
Kelima, diampuni
segala dosa dan kesalahannya, dan bahkan Allah SWT. akan melipatgandakan pahala
baginya (QS Al-Thalaq: 5).
Keenam,
orang yang bertaqwa tidak akan pernah merasa takut, mengeluh, was-was dan sedih
hati (QS Yunus: 62-63).
Ketujuh, mereka yang bertaqwa akan memperoleh berita gembira (al-busyra), baik di dunia maupun di akhirat (QS Yunus: 64).
Di samping memberikan motivasi, janji-janji yang terkandung dalam ayat- ayat di atas juga menjelaskan tentang keutamaan taqwa dan fungsionalnya terhadap problematika kehidupan
seorang muslim. Oleh sebab itu, tidak semestinya bagi seorang muslim atau mukmin memandang remeh perkara ini. Pasal, taqwa berfungsi sebagai bekal hidup yang paling esensial dan substansial. Lebih-lebih , bagi seorang pemimpin yang sedang memikul amanah dan tanggung jawab, bekal ketaqwaan tentunya sangat diperlukan. Tidak mustahil, seorang pemimpin, apa pun posisi dan levelnya akan mampu menunaikan tugas-tugasnya dengan baik, menemukan jalan keluar atas persoalan yang dihadapinya serta dapat mencapai tujuan kolektifnya, apabila pemimpin tersebut membekali dirinya dengan ketakwaan kepada Allah.
Ketujuh, mereka yang bertaqwa akan memperoleh berita gembira (al-busyra), baik di dunia maupun di akhirat (QS Yunus: 64).
Di samping memberikan motivasi, janji-janji yang terkandung dalam ayat- ayat di atas juga menjelaskan tentang keutamaan taqwa dan fungsionalnya terhadap problematika kehidupan
seorang muslim. Oleh sebab itu, tidak semestinya bagi seorang muslim atau mukmin memandang remeh perkara ini. Pasal, taqwa berfungsi sebagai bekal hidup yang paling esensial dan substansial. Lebih-lebih , bagi seorang pemimpin yang sedang memikul amanah dan tanggung jawab, bekal ketaqwaan tentunya sangat diperlukan. Tidak mustahil, seorang pemimpin, apa pun posisi dan levelnya akan mampu menunaikan tugas-tugasnya dengan baik, menemukan jalan keluar atas persoalan yang dihadapinya serta dapat mencapai tujuan kolektifnya, apabila pemimpin tersebut membekali dirinya dengan ketakwaan kepada Allah.
Oleh : Solihin Gubes
Kaum Sarungan, 31 Januari 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar